SHUSA (RIAUPOS.CO) - Pasukan penjaga perdamaian Rusia yang dikerahkan ke Nagorno-Karabakh disambut pemandangan mengerikan. Sepanjang perjalanan mereka melihat mayat-mayat etnis Armenia bergelimpangan dengan kondisi mengenaskan.
Konvoi truk pembawa tentara Rusia mulai memasuki wilayah Nagorno-Karabakh pascakesepakatan damai Armenia-Azerbaijan awal pekan ini. Kesepakatan tersebut menjadi babak baru setelah dua negara pecahan Uni Soviet bertempur selama kurang lebih enam pekan di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh yang menewaskan setidaknya 2.000 orang.
Rusia --yang ikut menengahi perseteruan Armenia-Azerbaijan-- mengirim hampir 2.000 tentara bersama sejumlah tank dan kendaraan lapis baja untuk memastikan gencatan senjata berjalan baik di lapangan. Pasalnya, Armenia-Azerbaijan sempat melanggar tiga gencatan senjata yang digagas Prancis, Rusia serta Amerika Serikat pada Oktober lalu.
Kehancuran sangat terlihat jelas di Nagorno-Karabakh, ratusan mayat bergelimpangan di jalanan, rumah-rumah, gedung, kendaraan mayoritas dalam kondisi rusak parah terkena serangan mortir, peluru dan rudal Azerbaijan.
Pemandangan itulah yang disaksikan pasukan penjaga perdamaian Rusia yang melintas di kota Shusa bersama koresponden Reuters, Jumat (13/11/2020).
Sebagian besar mayat yang terlantar mengenakan seragam militer separatis Armenia. Beberapa diantaranya tewas di dalam ambulan dengan tubuh dibalut perban. Tak sedikit pula yang tewas dengan bagian tubuh tidak utuh.
Kesepakatan damai dengan Azerbaijan nyatanya tidak serta-merta mendapat respons positif dari etnis Armenia. Di Lachin, Armenia, sekelompok separtis mengatakan mereka tidak senang dengan kesepakatan tersebut.
Mereka merasa malu mendengar Perdana Menteri (PM) Nikol Pashinyan menandatangani kesepakatan penghentian perang dengan tentara Azeri dan membuka jalan penempatan tentara Rusia di wilayah Nagorno-Karabakh.
"Saya mengharapkan lebih banyak dari Rusia dan lebih cepat," ujar Suren Zarakyan, seorang pejuang Armenia.
"Tapi Rusia tertarik dengan pangkalan dan tujuannya. Tidak masalah apakah itu Azerbaijan atau di Armenia. Mereka tertarik untuk tidak membiarkan orang Turki di sini," ucapnya.
Kebencian etnis Armenia terhadap Turki memang sudah memanjang sejak lama. Sejarah mencatat pembantaian terharap ribuan etnis Armenia yang tak pernah diakui Turki. Turki sendiri lebih dekat dengan Azerbaijan. Bahkan etnis Armenia selalu menyebut orang Azerbaijan adalah orang Turki.
Sumber: Reuters/News/Antara/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun